WahanaNews-Tapsel | Masyarakat mampu dan perantau asal Tapanuli Selatan diajak untuk membantu sesama membenahi atau memperbaiki rumah tak layak huni oleh Wakil Bupati Tapanuli Selatan, Rasyid Assaf Dongoran.
Menurut pantauan Rasyid, sejak Desember 2021 hingga Februari 2022, bulan terdeteksi beberapa rumah di Tapanuli Selatan yang masuk kategori rumah tidak layak huni (RTLH).
Baca Juga:
Aksi AKP Dadang Guncang Solok Selatan, Hujani Rumah Dinas Kapolres dengan Tembakan
Sayangnya, kondisi keuangan negara saat ini sangat tidak memungkinkan untuk membenahi semua rumah warga kurang mampu yang tidak layak huni di Indonesia, termasuk di Kabupaten Tapanuli Selatan.
“Kita harus mencari cara untuk membantu. Salah satu caranya adalah menggalang kebersamaan antara masyarakat desa dan perantau yang kehidupan ekonominya beruntung di kota-kota se-Indonesia dan bahkan luar Negeri. Gerakan ini diberi nama Marsialap Ari,” ujar Rasyid.
Baca Juga:
OTT KPK Bengkulu, Calon Gubernur Petahana Dibawa dengan 3 Mobil
1. Marsialap Ari merupakan tradisi masyarakat Tapsel
Marsialap Ari merupakan tradisi yang sudah ada dalam budaya masyarakat Tapsel.
Mar artinya ayo, Alap artinya memanggil atau ajakan, sedangkan Ari artinya hari.
Selama ini tradisi Marsialap Ari hanya untuk gotong royong mengerjakan persiapan musim tanam sawah atau pesta perkawinan.
Namun dalam 15 tahun belakangan budaya ini mulai meredup.
Rasyid dan rekan-rekannya ingin kembali menghidupkan tradisi ini.
Sehingga tradisi Marsialap Ari yang terancam punah, bisa dipertahankan dan dikembangkan dalam hal yang lain, termasuk untuk membantu memperbaiki rumah warga yang tidak layak huni.
2. Ingin mengembalikan semangat gotong royong di tengah-tengah masyarakat Tapsel
Dulu, tambah Rasyid, tokoh besar Nasional dan Mantan Gubernur Sumatera Utara asal Sipirok yakni Alm. Letjend (TNI) Purn, Raja Inal Siregar pernah mencanangkan dan menjalankan gerakan Marsipature Huta Nabe (MARTABE) dan ini terus berlanjut dengan gerakan yang disebut MARSIALAP ARI untuk MARTABE.
“Saya hanya berusaha menimbulkan kembali rasa bangga di kalangan masyarakat Tapsel yang kita ketahui suku Etnis Batak Angkola bahwa Marsialap Ari adalah tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun, dengan prinsip dan esensi kasih sayang (holong) dan persatuan (domu), dimana ada sistem sosial dari Dalian Na Tolu kedepan hidup dalam menyelesaikan persoalan RTLH di berbagai penjuru wilayah Tapsel,” ungkapnya.
Rasyid ingin menggerakkan masyarakat secara langsung dan tidak langsung sehingga semangat gotong royong dan istilah Mar Sialap Ari kembali hangat di kalangan masyarakat Tapsel.
Jika sudah terbiasa, selanjutnya pelan-pelan masyarakat akan belajar makna dan mekanisme pelaksanaan Mar Sialap Ari yang sesungguhnya versi adat.
“Kita mulai lah dengan tiap bulan bisa membantu saudara kita yang butuh bantuan dalam memperbaiki rumah tidak layak huni (RTLH), terutama di sekitar perkantoran Bupati, yakni Kecamatan Sipirok dan Kecamatan Angkola Timur. Jika satu semester ini sudah berjalan di sekitaran Perkantoran Bupati, maka tahap selanjutnya Marsialap Ari berpindah ke kecamatan lainnya,” terangnya.
3. Gerakan ini tidak memakai APBD ataupun APBN
Rasyid juga menegaskan Marsialap Ari ini memperbaiki rumah saudara kita yang kurang beruntung tidak memakai APBD dan APBN.
Marsialap Ari dilakukan melalui sumbangan tenaga, waktu dan sumbangan bahan material bangunan dari masyarakat dan perantau.
Setiap orang boleh memilih apa yang ingin disumbangkan, tidak harus dalam bentuk uang.
“Gerakan berbasis masyarakat dan berbasis tradisi adat untuk Rehab Rumah Tidak Layak Huni dan Rumah Rentan Tidak Layak Huni ini adalah bagian komitmen kami untuk terus bergerak bersama rakyat, saya kebetulan Wakil Bupati dan Pak Dolly Bupati sejak awal ingin apapun kendala pembangunan, maka bisa bergerak bersama rakyat, istilahnya Sehat, Cerdas, Sejahtera, nah kita harus Cerdas,” tegas Rasyid. [rda]