Tapsel.WahanaNews.co, Padangsidimpuan - Ratusan petugas gabungan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perhubungan, BPBD, TNI, Polri, Ormas dan OPD lainnya, membongkar paksa lapak-lapak pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Patrice Lumumba dan Jalan Thamrin, Kota Padangsidimpuan, Sabtu (9/9/2023) malam.
Penertiban tersebut dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk menertibkan PKL yang berjualan di badan jalan. Penertiban ini sempat memicu ketegangan antara petugas dan pedagang.
Baca Juga:
Bareskrim Tangkap Kakak Helen Bandar Besar Lapak Narkoba Jambi
Puluhan pedagang, terutama ibu-ibu, sempat membuat barikade dengan membakar ban bekas di tengah persimpangan jalan yang akan ditertibkan. Mereka memohon kepada petugas agar lapak-lapak mereka tidak dibongkar.
"Kami memohon dan meminta agar lapak-lapak kami jangan dibongkar. Di sini tempat kami menyambung hidup. Tolong (kami) masyarakat kecil. Jangan gusur dan pindahkan kami," teriak puluhan ibu-ibu, sambil berusaha menjaga lapaknya masing-masing.
Namun, petugas tetap bersikeras membongkar lapak-lapak pedagang. Satu-persatu, lapak-lapak pedagang yang terbuat dari terpal, dan dianggap melanggar aturan itu, dengan sekejap dihancurkan.
Baca Juga:
Pemerintah Kudus Pastikan Pemenuhan Elpiji Bersubsidi dengan HET Rp18.000 untuk PKL
Para pedagang yang kalah kuat, hanya bisa pasrah dan menangis histeris. Mereka menjerit histeris dan meminta tolong kepada masyarakat.
Kepala Satpol PP Kota Padangsidimpuan, Zulkifli Lubis, mengatakan bahwa penertiban tersebut dilakukan, sudah sesuai dengan SOP dan aturan yang ada. Pihaknya, sudah berulang kali memberikan imbauan dan sosialisasi kepada pedagang.
"Dan dalam dua bulan belakangan ini, juga sudah dilakukan imbauan dan sosialisasi, baik dari Dinas Koperasi UMKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Satpol PP Kota Padangsidimpuan," ujar Zulkifli.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Padangsidimpuan Ridoan Pasaribu mengatakan, sebelumnya pedagang sudah direlokasi ke pasar-pasar yang ada di seputaran lokasi tersebut. Namun, beberapa pedagang kembali keluar dan berdagang di lokasi ini.
"Sebenarnya sudah kita relokasi ke Pasar Mahera dan Pasar Kodok. Tapi, ada yang keluar dan kembali berjualan di sini," ungkap Ridoan.
Salah seorang pedagang R Harahap menjelaskan, dia bersama pedagang lainnya, sudah mengikuti imbauan pemerintah dan berjualan di pasar yang disediakan. Namun, kondisi penjualan tidak sesuai dengan harapan mereka.
"Sudah pernah kami coba pindah dan berjualan di Pasar Mahera. Tapi penjualan kami jauh menurun, bahkan kadang tidak laku. Belum lagi, biaya sewa lapak yang tinggi dan sangat menyulitkan kami," ucap Harahap.
Dia dan pedagang lainnya, mengaku kecewa dengan kebijakan pemerintah yang membongkar dan merusak lapak-lapak mereka. Ia mengatakan bahwa para PKL hanya mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
"Pemerintah kota harus memikirkan nasib kami para PKL. Kami hanya mencari nafkah untuk keluarga kami. Kami tidak mau mencari kekayaan," kata Harahap.
Ia berharap, pemerintah kota dapat memberikan solusi yang tepat bagi para PKL. Dan dapat menyediakan tempat berjualan yang layak bagi para PKL.
[Redaktur: Hadi Kurniawan]