Tapsel.WahanaNews.co, Madina - Dalam rangka menghormati para pendiri Desa Sibanggor Julu, warga setempat melaksanakan ziarah ke makam leluhur yang dikenal dengan istilah Panuak Banua dalam Bahasa Mandailing. Tradisi ini diadakan setiap tahun, tepatnya sehari sebelum Hari Raya Idul Adha, yang pada tahun ini jatuh pada Minggu (16/6/2024).
Sejarah mencatat bahwa sekitar tahun 1800-an, Baginda Marpayungaji yang dikenal sebagai Singa Jambu memprakarsai pembukaan Desa Sibanggor Julu. Ziarah ke makam leluhur ini merupakan bentuk penghormatan kepada para pendiri desa yang telah memberikan jasa besar.
Baca Juga:
Kepulangan Jamaah Haji di Pandan, Tapteng: Suatu Tradisi Baru yang Penuh Makna
Pada tahun 1860, nama desa diubah oleh tokoh adat saat itu menjadi Sibanggor Julu, sebuah perubahan yang dipicu oleh erupsi Gunung Sorik Marapi yang terletak tidak jauh dari lokasi pemakaman.
Setelah prosesi ziarah, warga menggelar tahlilan sebagai doa bersama untuk keselamatan desa. Selanjutnya, dilakukan pemotongan ayam di setiap rumah tangga dalam ritual yang disebut "Mamanggang", yang hanya dilakukan sekali dalam setahun.
Muklis Nasution alias Radja Sibanggor, salah satu tokoh adat dan cucu dari Baginda Marpayungaji, menyatakan bahwa ziarah tahunan ini merupakan tradisi penting bagi warga Desa Sibanggor Julu sebagai bentuk penghargaan kepada para pendiri desa. "Kami melaksanakan ziarah ini setiap tahun menjelang Idul Adha sebagai ungkapan terima kasih atas segala nikmat yang telah Allah SWT berikan," ucapnya.
Baca Juga:
Pagelaran "Nyi Pohaci Ngaraksa Diri" Warnai Upacara Adat Ngalaksa
Dia menambahkan bahwa setelah ziarah, warga membayar nazar sebagai tanda syukur dan hasilnya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan desa seperti pengajian, anak yatim piatu, madrasah, dan lain-lain.
Hadir dalam acara ziarah tersebut Kepala Desa Sibanggor Julu Zulfikri Tanjung, anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa), Hatobangan, tokoh agama dan adat, PNNB (Persatuan Naposo Nauli Bulung), serta warga desa lainnya.
[Redaktur : Hadi Kurniawan]