Sebagian besar pembangkit listrik berasal dari batubara. Pasokan batubara di Indonesia sangat besar, sehingga tidak bergantung terhadap suplai impor layaknya minyak bumi.
Dampaknya kekuatan energi di Indonesia bisa lebih mandiri, sambil secara perlahan melepaskan diri dari batubara dan mengganti pembangkit listrik kita menggunakan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Baca Juga:
Yin-Yang konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan Sifat Kekuatan
Saat rapat antara Badan Anggaran DPR dengan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan sesungguhnya membicarakan agenda besar peralihan energi kita untuk menyehatkan APBN.
“Sayangnya yang digoreng di media sosial hanya penggalan kalimat saya terkait penghapusan daya listrik 450 VA untuk rumah tangga miskin. Pemenggalan ini melepaskan narasi besar dan konteksnya sehingga menimbulkan opini sesat ditengah tengah rakyat,” kata Said.
Dalam hal ini Said ingin meluruskan pemelintiran ini, ditambah serangan terhadap dirinya dinilai ada pihak pihak yang mengorganisir.
Baca Juga:
Menteri BUMN Apresiasi Gerak Cepat PLN Hadirkan Energi Bersih di IKN
“Perlu saya jernihkan kembali terkait agenda peralihan energi dari minyak bumi ke listrik,” katanya.
Simak 9 penjelasan Said Abdullah soal pertimbangan penghapusan daya 450 VA.
1. Sebanyak 9,55 juta Rumah Tangga (RT) berdaya listrik 450 VA masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Kelompok rumah tangga ini masuk kategori kemiskinan parah, yang oleh BPS termasuk keluarga berpenghasilan kurang dari 1.9 USD per hari dengan kurs Purchasing Power Parity (PPP). Terhadap kelompok rumah tangga seperti ini tentu saja tidak mungkin kebutuhan listriknya kita naikkan dayanya ke 900 VA. Untuk makan saja susah dan kebutuhan listriknya rata rata hanya untuk penerangan dengan voltase rendah.