TAPSEL.WAHANANEWS.CO, Jakarta- Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) kembali mengharumkan nama Sumatera Utara di tingkat nasional. Pada Rabu (19/11/2025), Tapsel resmi dinobatkan sebagai peraih penghargaan terbaik pertama (Top 1) dalam ajang Intergrated Sustainability Indonesia Movement (I-SIM) 2025 yang digelar di Graha Surveyor Indonesia, Jakarta.
Penghargaan bergengsi ini diterima langsung oleh Bupati Tapsel H Gus Irawan Pasaribu, sekaligus menandai posisi Tapsel sebagai satu-satunya daerah di Pulau Sumatera yang mampu menembus Top 5 nasional dan keluar sebagai juara utama.
Baca Juga:
6 Anak SD di Jaktim Bawa Ponsel Temuan ke Polisi: Diganjar Hadiah Oleh Kapolda
Dari penjurian final yang digelar dua hari sebelumnya, program Gerakan 1.000 Kolam menjadi magnet perhatian para juri. Program ini dinilai sukses menjadi model pembangunan ketahanan pangan yang tidak hanya inovatif, namun juga berkelanjutan.
Bupati Gus Irawan mengungkapkan kebanggaannya—penghargaan ini bukan sekadar prestasi pemerintah daerah, tetapi hasil kerja kolektif seluruh masyarakat Tapsel.
"Penghargaan ini milik masyarakat Tapsel. Dari lima daerah terbaik, tiga dari Jawa, satu dari Selayar, dan Tapsel satu-satunya dari Sumatera yang berhasil meraih terbaik pertama," ujarnya.
Baca Juga:
BPJS Kesehatan Raih Dua Penghargaan Bergengsi di Indonesia Technology Excellence Awards 2025
Program 1.000 kolam mendapat apresiasi karena mampu menyentuh 17 tujuan SDGs sekaligus memenuhi empat Asta Vita Presiden Prabowo, termasuk ketahanan pangan, energi air, swasembada, dan ekonomi hijau-biru.
Gerakan 1.000 Kolam juga disebut memperkuat Panca Cita Tapsel, terutama dalam peningkatan ekonomi masyarakat, pemenuhan gizi, hingga pembangunan berkelanjutan.
Saat ini, telah terdapat 801 kolam aktif yang dibiayai melalui APBD, APBDes, dan CSR. Program ini bahkan telah diadopsi oleh 102 desa, di luar kolam swadaya masyarakat dan potensi besar dari sistem lubuk larangan.
Tidak hanya mengandalkan kolam budidaya, Tapsel juga memperkuat konsep lubuk larangan, sistem kearifan lokal yang mengatur kawasan sungai tertentu agar tidak boleh dieksploitasi hingga masa panen tiba.
Sistem ini bukan sekadar menjaga alam, tetapi terbukti mendongkrak ekonomi warga. Di Garonggang, Angkola Selatan, sekali panen lubuk larangan mampu menghasilkan Rp80-90 juta dari penjualan tiket.
"Lubuk larangan memberi manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial. Masyarakat jadi lebih peduli menjaga hutan, air, dan juga mempererat kekerabatan," jelas Bupati.
Bahkan sejumlah desa telah membuat Peraturan Desa yang tegas, termasuk denda Rp1 juta untuk masyarakat yang melanggar, dan Rp5 juta bagi pengurus yang tidak patuh. Di beberapa tempat, hasil panen bahkan digunakan untuk membangun masjid.
Bupati menegaskan bahwa istilah "1.000 kolam" bukan target angka, melainkan jargon penggerak semqngat. Target utama adalah produksi ikan yang ditetapkan dalam RPJMD.
Tapsel menargetkan swasembada ikqn pada 2029. Dengan jumlah kolam aktif yang kini bahkan sudah melampaui 1.000 jika dihitung bersama kolam swadaya dan lubuk larangan, harapan itu semakin dekat.
Yang mengejutkan, program ini baru berjalan kurang dari enam bulan, namun telah menunjukkan perubahan nyata dan kini mendapat pengakuan nasional.
Selain fokus pada perikanan, Tapsel berpeluang mendapatkan dukungan dana pokok pikiran (Pokir) Provinsi Sumut senilai Ro2 miliar untuk mengembangkan budidaya aren atau nira, terutama di sekitar daerah aliran sungai.
Program ini memperkuat ekosistem kolam ikan sekaligus menjaga konservasi lingkungan.
Prestasi Top 1 I-SIM 2025 menegaskan Tapsel sebagai salah satu daerah yang berhasil menghadirkan solusi konkret, cepat, dan berbasis masyarakat dalam isu ketahanan pangan.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa ketika pembangunan digerakkan dari desa, memadukan inovasi modern dengan kearifan lokal, hasilnya dapat menjadi contoh bagi seluruh Indonesia.
Tapsel tidak hanya membangun kolam tetapi juga membangun masa depan.
[Redaktur: Muklis]