Selain itu, penggunaan kompor induksi juga lebih aman dibanding LPG. Hal ini karena kompor induksi hanya menghasilkan panas, maka tidak ada api yang muncul dari permukaan kompor seperti layaknya kompor gas. Penggunaan kompor listrik juga lebih praktis dan mudah dibersihkan.
Sementara dari sisi waktu memasak juga lebih hemat karena kompor induksi memungkinkan penyebaran panas yang lebih merata ketimbang kompor gas. Hal ini memungkinkan aktivitas memasak lebih cepat, sehingga hemat waktu. Tak hanya itu, penggunaan kompor induksi juga mengurangi potensi polusi rumah tangga.
Baca Juga:
Yin-Yang konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan Sifat Kekuatan
"Kompor listrik ini memang penggunaanya simpel," ucap Agus.
Tekan Impor dan Beban Subsidi LPG
Selain menguntungkan bagi masyarakat, konversi kompor LPG ke kompor induksi juga dinilai akan meringankan beban negara, khususnya terkait impor dan subsidi LPG.
Baca Juga:
Menteri BUMN Apresiasi Gerak Cepat PLN Hadirkan Energi Bersih di IKN
Sekadar informasi, data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG 3 kg naik rata-rata 26,58 persen setiap tahunnya selama kurun waktu 2017 hingga 2021. Kenaikkan nilai subsidi itu dipengaruhi fluktuasi harga ICP dan nilai tukar rupiah.
Realisasi subsidi LPG 3 kg pada 2021 mencapai Rp 67,62 triliun, termasuk di dalamnya kewajiban kurang bayar Rp 3,72 triliun. Di sisi lain, outlook subsidi BBM dan LPG 3 kg 2022 diperkirakan mencapai Rp 149,37 triliun atau 192,61 persen dari postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Menurut Kemenkeu, lebih dari 90 persen kenaikkan nilai subsidi itu berasal dari alokasi LPG 3 kg yang disebabkan oleh kesenjangan antara harga jual eceran (HJE) dengan harga keekonomian yang berlanjut melebar didorong harga minyak mentah dunia.