TAPSEL.WAHANANEWS.CO, Tambangan - Bupati Mandailing Natal (Madina) Saipullah Nasution menyatakan dukungannya terhadap wisata permainan leluhur (Witapermainur) beserta turunannya, termasuk pembatasan penggunaan gawai dan pemberlakuan jam malam bagi anak, di Kecamatan Tambangan pada Sabtu, 16 Agustus 2025.
Dukungan itu disampaikan bupati dalam acara penandatanganan nota kesepahaman Pembatasan Penggunaan Gadget dan Pemberlakuan Jam Malam bagi Anak se-Kecamatan Tambangan di halaman SMPN 1 Tambangan, Desa Laru Baringin. "Tentu dukungannya kami berikan sepenuhnya," kata dia.
Baca Juga:
Bupati Madina Kukuhkan Anggota Paskibraka, Ini Daftarnya
Bupati Saipullah menyebutkan Pemkab Madina akan mengkaji program ini untuk diterapkan di beberapa kecamatan sebagai percobaan sebelum kemudian diterbitkan peraturan daerah atau peraturan bupatinya.
Bupati menilai gerakan ini bisa menjadi upaya dalam menjauhkan anak-anak dari narkoba dan kejahatan lain akibat dari ketidakmampuan memilah dan memilih informasi yang ada di internet. "Saya sudah keliling hampir ke seluruh kecamatan, permasalahan narkoba ini sudah sangat memprihatikan dan itu terus dilaporkan camat atau kepala desa yang bertemu dengan saya," sebut dia.
Dewasa ini, lanjut Bupati Saipullah, sudah banyak anak-anak yang kecanduan ponsel dan membuat mereka anti sosial atau hanya berdiam diri di kamar dengan kehidupannya sendiri. "Karena asyik main gadget lupa makan, lupa waktu, lupa tidur, lupa orang tua, lupa sekolah, lupa hal-hal yang seharusnya dia kerjakan di usia itu," jelas dia.
Baca Juga:
Bupati Madina: Pramuka Harus Jadi Solusi Pembentukan Karakter Generasi
Maka dari itu, bupati mengingatkan agar kesepakatan ini tidak hanya menjadi seremonial. "Tadi, sudah saya dengar bahwa program yang sangat baik ini sudah berlangsung sejak 2024, saya ingin ini terus berlanjut," tegas dia.
Sebelumnya, Camat Tambangan Enda Mora Lubis memaparkan program ini dilatarbelakangi keresahan para orang tua terhadap anak-anak yang kecanduan gawai dan sering lupa waktu di malam hari.
"Kami mulai diskusi kecil bersama para kepala desa yang dilanjutkan dengan musyawarah di desa, dapat satu simpul yaitu memberikan solusi agar anak tidak terus memakai gadget, kami alihkan dengan permainan leluhur yang kemudian kami sebut witapermainur," kata dia.