Bupati menjelaskan, satu hal yang menarik perhatian adalah jarak tanam 5x6 meter. Dengan begitu, luasan tanah yang sama dengan pola tanam umum bisa berbanding satu banding tiga, tetapi dengan hasil yang lebih banyak juga.
Bupati optimistis pupuk yang diolah Suyono bisa diterapkan di Bumi Gordang Sambilan. Sebab, bahan-bahan pokok pembuatan pupuk tersebut banyak tersebar di Madina.
Baca Juga:
Bupati Madina Pimpin Rapat Kepemangkuadatan, Ini Hasilnya
Dia pun optimistis saat program ini berjalan akan terjadi peningkatan ekonomi yang signifikan bagi petani sawit dan berimplikasi pada tercapainya target pertumbuhan ekonomi delapan persen pada 2030.
Sementara itu, Suyono menceritakan inovasi ini muncul saat melihat petani saawit kewalahan membeli pupuk kimia yang harganya tinggi. Pola tanam 5x6, kata dia, digunakan karena petani itu punya lahan terbatas.
"Kalau dibuatlah pola 5x6 bisa muncul dia 330 batang per hektare, ini, kan, membantu petani kecil, ya," sebut dia.
Baca Juga:
Bupati Madina Terima Kunjungan Pengurus DPD IKANAS Riau
Suyono menjelaskan pupuk organik ini dia ciptakan pada 2004, tapi baru mendapat izin tahun 2008. "Mengurus izin ini, kan, lama, dua tahun izin-izinnya, dua tahun juga pengujian," sebut ayah empat anak ini.
Selain bagi petani di Labuhanbatu, pupuk milik Yono ini juga sudah dikirim ke beberapa perusahaan dan petani sawit di Pekanbaru, Kalimantan, Aceh, sampai Nias.
Suyono mengaku senang dengan kunjungan Bupati Saipullah ke tempatnya. Sebab, ini bukti niat bupati membantu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. "Apalagi nanti kalau teman-teman di Madina sudah ikut pola yang kami pakai," lanjut dia.